by: Arif Nasdianto (sekjen ipi pusat)
www.facebook.com/arif.nasdianto
Berdasarkan hasil pemantauan
rekan-rekan penilik dan diskusi terfokus tentang kinerja tutor kesetaraan yang
selama ini dilaksanakan di beberapa PKBM masih banyak ditemukan berbagai
permasalahan, antara lain; keterampilan
dasar-dasar mengajar, penguasaan materi , penampilan tutor pada saat memberikan
pembelajaran di kelas dan bimbingan dari Kepala/Ketua PKBM serta dari penilik
jarang dilakukan. Permasalahan ini dapat berakibat buruk pada hasil akademik
para warga belajar (peserta didik) dan kitapun tidak menginginkan hasil belajar
paket B dan paket C hanya pada tingkat pengetahuan saja. Disisi lain kita berharap peningkatan mutu
pendidikan kesetaraan khususnya paket B dan Paket C memiliki standar mutu yang baik.
Peningkatan mutu yang baik untuk lulusan paket B dan C akan mendorong terbukanya
mengikuti jenjang pendidikan yang lebih tinggi dengan mudah.
Dari permasalahan di atas
maka peranan penilik sebagai pembimbing perlu segera instropeksi diri, kenapa
ini bisa terjadi?? Hasil pemantaun dan
analisis para penilik dan kepala PKBM dalam melakukan bimbingan baik perorangan
maupun kelompok masih menggunakan pola konvensional. Artinya bimbingan yang
dilakukan oleh penilik dan kepala PKBM kepada Tutor (tenaga pendidik) masih
melakukan saran-saran dan kritikan kelemahan kepada tutor berupa catatan –
catatan solusi saja tetapi jarang
melakukan balikan dengan tutor untuk memberikan pencerahan Batasan Materi apa
saja yang harus dikuasai, keterampilan dasar-dasar mengajar yang baik ,
mendemontrasikan penampilan yang benar. Kemudian dilakukan tanpa ada persiapan
atau perencanaan dalam melakukan bimbingan.
Catatan di atas sepertinya
kita masih melemahkan para tutor dan tutor tidak dijadikan rekan atau mitra
kerja tetapi masih dijadikan tenaga lepas tanpa penghargaan. Karena tutor juga
memiliki kebutuhan dihargai, kasih sayang dan beraktualisasi. Kondisi ini dapat
berdampak kurang baik terhadap profesional tutor dalam melangsungkan tugas
pokok dan fungsinya.
Melihat uraian di atas maka
kita harus memiliki strategi , yaitu memiliki pola yang direncanakan dan
ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan. Strategi tersebut
tentunya mencakup tujuan, siapa yang dilibatkan, isi kegiatan, proses kegiatan,
dan sarana penunjang kegiatan. Selanjutnya strategi yang diterapkan dalam
bimbingan dinamakan strategi layanan bimbingan berupa konselingi individu, konsultasi,
konseling kelompok, bimbingan kelompok dan pengajaran remedial (Achmad Juntika N, 2012, Strategi Layanan
Bimbingan &Konseling).
Tentunya strategi
bimbingan di atas harus memiliki efektifitas yang tinggi, (kata efektif yaitu suatu pencapaian tujuan secara tepat atau memilih tujuan-tujuan yang
tepat dari serangkaian alternatif atau pilihan cara dan menentukan pilihan dari
beberapa pilihan lainnya. Efektifitas bisa juga diartikan sebagai pengukuran
keberhasilan dalam pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan, http://aguswibisono.com/2010/efektif-dan-efisien/).
Untuk itu bimbingan diberikan berdasarkan kebutuhan melalui siklus yang
sistematis dari tahapa perencanaan, pengamatan atas pelaksanaan, dan analisis
yang sistematis. Tindak lanjut dari analisis digunakan untuk merencanakan dan
melaksanakan bimbingan kembali dan seterusnya guna meningkatkan penguasaan
materi pada tutor, dasar-dasar keterampilan mengajar dan penampilan tutor
sehingga tutor kesetaraan paket B dan C mendapatkan cara-cara meningkatkan
dirinya dengan baik. (Jakarta, 21 Juli 2013)